Psikologi Karate
Karate merupakan cabang olahraga yang
diperlombakan untuk Putra dan Putri mulai dari tingkat Daerah, Nasional, maupun
Internasional, seperti Pekan Olahraga Daerah (Porda), Kejuaran Daerah
(Kejurda), Pekan Olahraga Nasional (PON), Kejuaran Nasional (Kejurnas), Asean
Games, dan Olimpiade. Kejurda merupakan multi event kejuaraan
satu tahunan dengan mempertandingkan banyak cabang termasuk didalamnya adalah
karate yang dilaksanakan secara bergiliran dari satu Provinsi ke Provinsi
lainnya, disamping itu Kejurda merupakan gambaran serta potret pembinaan
prestasi olahraga karate di Daerah.
Dalam Kejurda tahun 2013 ini olahraga karate
yang dilombakan yaitu kata dan kumite. Pencapaian suatu prestasi memerlukan
proses latihan yang panjang, teratur, terarah dan berkesinambungan. Dimulai
dengan menemukan bibit atlet berbakat dalam hal ini adalah atlet karate dan
kemudian dibina melalui latihan yang teratur, terarah, terencana dan dengan
penguasaan aspek fisik teknik, taktik, dan mental. Untuk melahirkan seorang
juara tidak dapat terlepas dari peran seorang pelatih. Atlet yang berbakat
sejak lahir atau pembawaan merupakan modal dasar lahirnya seorang juara, namun
atlet tidaklah cukup hanya bermodalkan bakat, akan tetapi bantuan dari
pelatih-pelatih yang menguasai berbagai disiplin ilmu mutlak diperlukan.
Pelatih yang baik adalah pelatih yang dapat memahami dan mengerti situasi dan
kondisi dilapangan dan dalam melakukan proses melatih seorang pelatih sebaiknya
menguasai ilmu kepelatihan tentang cabang olahraga yang digelutinya.
Berdasarkan kenyataan di lapangan banyak ditemui pelatih karate yang sebagian
dari mereka tidak mendalami ilmu kepelatihan cabang olahraga karate, hanya
dengan modal pengalamannya sebagai mantan atlet, tetapi dapat membawa atletnya
menjadi juara.
Namun terdapat juga pelatih yang mempunyai atau
telah menempuh pendidikan formal ilmu kepelatihan tidak dapat menjadikan
atletnya untuk meraih prestasi yang maksimal. Secara umum masih banyak pelatih
maupun karateka yang beranggapan bahwa prestasi yang tinggi dapat dicapai
apabila seorang karateka giat berlatih secara terus menerus. Kadang pelatih
hanya memperhatikan pembinaan fisik dan keterampilannya semata dengan
mengesampingkan atau kurang memberikan perhatian khusus terhadap hal-hal yang
menyangkut aspek mental, sehingga mengakibatkan kurang optimalnya penampilan
karateka dalam suatu pertandingan.
Menurut Gunarsa, dkk. (1996: 6) peranan aspek mental bertanding dalam suatu
perlombaan meliputi: peningkatan kemampuan mempertahankan daya juang,
konsentrasi dalam situasi yang menegangkan, mengendalikan stres yang
berlebihan, menganalisis situasi pertandingan secara tepat, membedakan antara
faktor-faktor yang perlu diperhatikan dan diabaikan serta mengambil keputusan
yang tepat dalam situasi pertandingan yang berubah-ubah.
Pesatnya arus globasisasi ditambah dengan
maraknya berbagai inovasi dewasa ini membuat dunia olahraga tidak dapat lagi
mengandalkan pada bakat, kekuatan, kecepatan, latihan-latihan fisik untuk
meningkatkan prestasi. Salah satu faktor lain yang harus diperhitungkan adalah
faktor psikologis, faktor ini adalah yang menentukan penampilan (performance) atlet dalam pertandingan. Menurut Harsono
(Seperti di kutip Gunarsa , 1996: 49) bahwa
“penampilan puncak seseorang atlet 80% dipengaruhi oleh aspek mental dan
hanya 20% oleh aspek yang lainnya”. Lebih lanjut Garfield (seperti dikutip
Gunarsa, 1996: 122) secara tegas mengatakan bahwa “sebagian besar atlet yang
mencapai sukses mencapai puncak prestasi sebanyak 60% sampai 90% dipengaruhi
oleh faktor mental dan kemampuan atlet menguasai kondisi psikologisnya”.
Atlet yang sudah dipersiapkan dengan kondisi
fisik dan tehnik-taktik yang bagus namun selalu ada masalah di dalam diri
atlet, misalnya sebelum pertandingan atlet mengalami kurang percaya diri,
khawatir, gelisah, mengeluh, dan gejolak-gejolak kecemasan lainnya . Hal ini
tentu akan mempengaruhi penampilannya seperti tidak memperhatikan pertahanan,
tidak mengkontrol gerakan (serangan), dan menurunnya prestasi seperti prestasi
waktu berlatih. Sehingga disini perlu bantuan dari seorang pelatih yang mana
pelatih yang mengerti akan ilmu psikologi. Berikut ini beberapa ilmu psikologi
pelatih
1. Intimasi
(keakraban antara pelatih dan atlet) artinya pelatih harus dapat membagun
keakraban dengan atlet agar atlet merasa santai jika ada tekanan pada diri
atlet atau dalam ilmu kepelatihan di sebut tipe pelatih yang People Centere.
Namun disini pelatih harus dapat membedakan dan memilah-milah antara tipe
pelatih People Centere dengan tipe pelatih Otoriter artinya pelatih harus tahu
pada saat kapan pelatih menggunakan People Centere dan dan pada saat kapan
menggunakan Otoriter. karena tipe People Centere ini juga dapat mengurangi
kecemasan atlet.
2. Pelatih juga harus tahu kebosanan atlet
(apakah dia bosan atau tidak mengikuti latihan) dan bagaimana mengatasinya.
3. Emosi
atlet.
4. Kecemasan
atlet waktu bertanding maupun sebelum bertanding maupun sebelum hari
bertanding. Pelatih harus tahu ciri-ciri atlet yang cemas, harus tahu membuat
angket dan bagaimana mengatasinya. Yang paling penting menyusun programlatihan
khusus mental atlet agar atlet tidak lagi merasa cemas jika menghadapai
pertandingan.
5. Pelatih
juga harus tahu apa motivasinya untuk menjadi atlet (intrinsik atau ekstrinsik)
karena motivasi intrinsik semangatnya lebih kuat.
6. Bagaimana
cara meningkatkan motivasi atlet.
7. Bagaimana
cara agar atlet percaya kepada pelatihnya karena salah satu sumber kecemasan
atlet adalah dari pelatih.
8. Pelatih
yang mengharuskan atletnya juara, ini akan merusak mental atlet.
9. Bagaimana
cara menawarkan hadia kepada atlet jika juara. Pelatih disini perlu mengetahui
profil atlet.
10. Bagaimana
jika kalah.
11. Kecemasan
pada olahraga karate lebih besar dari pada kecemasan olahraga kelompok. Karena
selain kontak fisik yaitu takut cidera. olahraga ini juga olahraga individual yaitu bertarung sendiri tengah-tengah penonton sehingga menimbulkan banyak
kecemasan pada diri si atlet.
Sumber: buku melatih dan melatih karateka (2014)
Sumber: buku melatih dan melatih karateka (2014)
No comments:
Post a Comment