Oleh : Bermanhot Simbolon, S. Pd.
Tampaknya sederhana apa yang diucapkan oleh
Peraih 8 medali emas Olimpiade Beijing 2008 ini. Semakin tinggi mimpi, maka
akan semakin banyak hal yang bisa diraih. Tentu saja Phelps tidak berbicara
tentang menjadi pemimpi, melainkan ingin memberi gambaran nyata bagaimana
motivasi menjadi seorang yang besar telah menuntun dirinya untuk mencatatkan
diri sebagai pemegang rekor pengumpul medali terbanyak dalam olimpiade
sepanjang masa.
Motivasi adalah sebuah daya gerak yang memberi
alasan orang untuk melakukan sebuah tindakan. Hampir setiap perilaku manusia
selalu didahului dengan adanya motivasi. Menurut Wann (1997) motivasi adalah
sebuah proses peningkatan di dalam diri organisme yang membantu mengarahkan dan
mempertahankan sebuah perilaku. Gunarsa (2004) menyatakan bahwa motivasi
penggerak dalam setiap perilaku yang merupakan upaya untuk memenuhi kebutuhan.
Tinggi rendahnya motivasi dapat dilihat dari 3 unsur, yakni: energi, arah, dan
keajegan (persistence).
Energi memberi kekuatan para sebuah perilaku.
Pada perilaku berolahraga, energi yang mungkin muncul adalah kesenangan dan
keinginan untuk menjadi sehat. Unsur yang menuntun sebuah perilaku adalah arah.
Dengan arah perilaku menjadi mempunyai tujuan. Kemana ujung perilaku akan
berakhir menjadi lebih terlihat. Seorang atlet prestasi tentu saja ingin
menjadi yang terbaik, tidak hanya di level nasional, tapi juga di level
internasional. Dan yang tidak kalah pentingnya adalah unsur keajegan. Untuk mencapai tujuan
tertentu, maka perilaku harus mempunyai sifat ajeg, kontinyu. Seorang atlet harus rela berlatih setiap hari
demi sebuah tujuan yang ingin dicapai.
Jenis Motivasi
Secara garis besar ada dua jenis motivasi, yakni
motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik. Motivasi intrinsik adalah motivasi
yang berasal dari dalam individu yang melibatkan ketertarikan dan kesenangan
seseorang dalam melakukan sebuah pekerjaan (Wann, 1997). Intinya, motivasi
intrinsik adalah motivasi yang berasal dari keinginan individu yang tidak
bergantung pada orang lain. Bermain sepakbola karena ingin menjadi sehat dan
bergembira adalah salah satu contoh motivasi intrinsik.
Motivasi yang kedua adalah motivasi ekstrinsik.
Motivasi ekstrinsik adalah sumber motivasi yang berasal dari luar individu.
Keinginan untuk mendapatkan sesuatu atau mendapat keuntungan dari orang lain
adalah unsur-unsur yang terdapat dalam motivasi ekstrinsik. Hadiah, trofi, piala
atau uang bonus adalah beberapa contoh diantaranya. Di dalam dunia olahraga,
bonus merupakan salah satu pendorong yang saat ini masih banyak dilakukan untuk
mendorong prestasi para atletnya. Dalam perhelatan Olimpiade Beijing 2008, KONI
(Komite Olahraga Nasional Indonesia) memberi iming-iming berupa bonus 1 milyar
rupiah bagi atlet yang berhasil menyumbangkan emas. Bentuk iming-iming semacam
ini dimaksudkan sebagai salah satu pendorong agar atlet mengeluarkan
kemampuannya secara maksimal.
Motivasi ekstrinsik sekilas sangat ditentukan
oleh faktor dari luar. Yang menjadi pertanyaan kemudian adalah bagaimana
seandainya faktor-faktor luar diri tadi kemudian tidak ada. Akankah atlet masih
termotivasi untuk melakukan hal yang sama? Memang inilah salah satu kelemahan
dari motivasi ekstrinsik, yakni sangat tergantung dengan iming-iming dari luar.
Sekali iming-iming itu hilang atau tidak terwujud, kemungkinan besar motivasi
pun ikut luntur.
Motivasi intrinsik yang berasal dari dalam diri
individu mempunyai sifat yang lebih bertahan lama karena tidak tergantung
dengan stimulus yang berasal dari luar. Menikmati pertandingan, ingin
memecahkan rekor, mengalahkan rival bebuyutan adalah beberapa bentuk dari
motivasi intrinsik. Seorang atlet yang terpacu untuk menjadi yang terbaik dalam
cabang olahraganya biasanya mampu menekan dirinya untuk selalu tampil secara
maksimal. Begitupun saat menjalani latihan. Atlet yang bermotivasi intrinsik
akan dengan senang hati menjalani bahkan menambah porsi latihan dengan
sendirinya.
Motivasi intrinsik ini biasanya muncul pada
hal-hal yang bersifat detail. Dalam cabang sepakbola, seorang yang berkeinginan
untuk menjadi penendang bebas yang jitu biasanya menambah porsi latihan
menendang bebas di luar latihan resmi yang diatur oleh para pelatihnya. Contoh
lain adalah atlet bulutangkis akan selalu berusaha menambah atau memperbaiki
teknik backhand-nya ketika dia
merasa pukulan backhand tersebut menjadi senjata yang mematikan.
Faktor yang Mempengaruhi Motivasi
Ada banyak sekali faktor yang berpengaruh
terhadap tinggi rendahnya motivasi. Gunarsa (2004) menjelaskan bahwa ada 4
dimensi dari motivasi. Dimensi-dimensi tersebut adalah:
1. Atlet Sendiri
Atlet memegang peranan sentral dari munculnya
motivasi. Atlet sendiri yang mengatur dirinya untuk mencapai atau mendapatkan
sesuatu. Jika atlet sudah merasa puas dengan pencapaian yang ada, maka tidak
ada lagi usaha keras untuk mendapatkan sesuatu yang baru.
2. Hasil Penampilan
Hasil penampilan sangat menentukan motivasi
seorang atlet selanjutnya. Kekalahan dalam pertandingan sebelumnya akan
berdampak negatif terhadap motivasi atlet berikutnya. Atlet akan diliputi
perasaan tidak berdaya dan seolah-olah tidak mampu lagi untuk bangkit. Terlebih
lagi jika mengalami kekalahan dari pemain yang dianggap lebih lemah dari
dirinya. Sebaliknya, jika mendapatkan kemenangan, maka hal itu akan menumbuhkan
sikap positif untuk mengulang keberhasilan yang berhasil dia raih. Sebagai
contoh, permainan tim nasional sepakbola Indonesia dalam Piala Asia tahun 2007
yang lalu. Kemenangan pertandingan pertama melawan Bahrain membuat para pemain
tim nasional begitu bersemangat untuk mendapatkan hasil serupa ketika
bertanding melawan Arab Saudi pada pertandingan setelahnya.
3. Suasana Pertandingan
Suasana pertandingan sangat menentukan emosi
seorang atlet. Sebagai contoh, Taufik Hidayat kerap mundur dari pertandingan
gara-gara merasa dicurangi oleh wasit. Kondisi tersebut tentu saja tidak
menyenangkan. Emosi yang sudah terganggu oleh kondisi pertandingan yang tidak
menyenangkan akan berdampak pada motivasi atlet dalam menyelesaikan atau
memenangkan sebuah pertandingan.
4. Tugas atau Penampilan
Motivasi juga ditentukan oleh tugas atau
penampilan yang dilakukan. Jika tugas berhasil dengan baik diselesaikan,
keyakinan diri atlet akan meningkat. Dengan keyakinan diri yang tinggi,
motivasi juga akan mengalami kenaikan. Tugas yang berhasil dilaksanakan akan
memberi tambahan energi dan motif untuk bekerja lebih giat.
Peran Motivasi Dalam Olahraga Prestasi
Di dalam olahraga prestasi, persaingan atau
kompetisi merupakan salah satu bentuk pembuktian sejauh mana kemampuan seorang
atlet. Atlet yang mampu berkompetisi dan memenangkan pertandingan dalam level
kompetisi yang tinggi, Olimpiade misalnya, akan dianggap sebagai atlet yang
mempunyai prestasi tinggi. Terlebih lagi jika mampu mempertahankannya dalam
kurun waktu yang cukup lama.
Untuk mencapai semua itu diperlukan kerja keras
dalam waktu yang bertahun-tahun. Menurut Van Lingen (1997) untuk mencapai usia
matang bagi seorang pemain sepakbola dibutuhkan paling tidak 10 tahun
berkompetisi dalam level yang kompetitif mulai dari usia muda. Artinya dalam
setiap jenjang usia, pemain harus menghadapi tekanan dalam kompetisi. Tekanan
inilah yang akan membuat seorang pemain matang. Selain kompetisi, latihan yang
benar merupakan prasyarat lain untuk mencapai kematangan teknik.
Dalam rentang waktu yang begitu lama tersebut,
motivasi seorang atlet benar-benar dibutuhkan. Proses latihan merupakan proses
yang menyakitkan. Terkadang kejenuhan, kebosanan, burn out ditambah dengan rasa penat menghantui seorang pemain
dalam mengikuti sesi latihan. Bagi pemain yang tidak mempunyai motivasi yang
kuat, tentu saja ini adalah perjalanan yang menyulitkan.
Dalam menjalani kompetisi, atlet dihadapkan pada
persaingan yang begitu ketat. Seorang atlet harus menjalani kompetisi yang
melelahkan sebelum mengecap sebagai seorang juara. Hanya seorang pemain yang
mempunyai kualitas teknik, fisik dan mental prima sajalah yang mampu menempuh
semua hambatan yang menghadang. Contoh paling segar adalah sosok Michael
Phelps.
Perenang asal Amerika serikat yang menggondol 8
medali emas dalam Olimpiade Beijing 2008 kemarin ini sebenarnya tumbuh dari
kondisi fisik dan mental yang tidak ideal. Pada saat masih kecil, Phelps
menderita ADHD yang membuatnya kesulitan untuk mengikuti pelajaran dari
sekolah. Namun, ternyata dengan keteguhan hatinya serta bimbingan pelatih yang
benar, menjadikannya sebagai salah seorang perenang yang mampu mencatatkan
namanya di buku rekor sepanjang masa. Phelps selalu menginginkan menjadi yang
terbaik, sehingga dia dengan senang hati menjalani latihan 6 jam sehari, 7 hari
seminggu, dan 12 bulan dalam setahun, tanpa seharipun absen dari kolam renang.
Itulah motivasi dalam dirinya, motivasi intrinsik yang begitu besar.
Dalam teori self efficacy, seorang atlet yang mempunyai keyakinan diri
tinggi akan menumbuhkan motivasi yang besar pula. Self efficacy adalah keyakinan diri bahwa seseorang mempunyai
kemampuan untuk tampil pada level dan tugas tertentu (Wann, 1997). Dengan keyakinan
diri tinggi, atlet akan mencanangkan sasaran yang tertinggi pula.
Cara Meningkatkan Motivasi
Motivasi memegang peranan yang penting dalam
olahraga prestasi. Seorang atlet harus mampu menjaga motivasinya agar tetap
dalam level yang tinggi baik dalam proses latihan maupun pada saat menjalani
pertandingan. Motivasi memang bukanlah kondisi yang tidak bisa berubah. Setiap
saat motivasi atlet bisa mengalami perubahan, sehingga diperlukan sebuah upaya
agar motivasi tetap terjaga pada level yang optimal. Ada beberapa cara untuk
meningkatkan motivasi atlet, diantara adalah:
1. Menetapkan Sasaran (Goal Setting)
Konsep dasar dari goal setting adalah menciptakan tantangan bagi atlet untuk
dilewati. Secara sederhana, goal
setting merangsang atlet untuk mencapai sesuatu baik dalam proses
latihan maupun dalam sebuah kompetisi. Ada beberapa batasan tentang metode goal setting ini agar berjalan secara
efektif.
Yang perlu diperhatikan pertama adalah sasaran
harus spesifik agar atlet mempunyai ukuran atas pencapaiannya. Batasan yang
kedua adalah tingkat kesulitan sasaran. Tingkat kesulitan ini akan mempengaruhi
persepsi atlet tentang kemampuannya. Sasaran yang terlalu sulit akan membuat
atlet ragu untuk bisa mencapainya. Seandainya gagal, hal itu justru akan
melemahkan keyakinan diri atlet. Sebaliknya, sasaran juga tidak bisa dibuat
terlalu mudah karena tidak akan memberi rangsangan untuk berbuat lebih. Semakin
menantang sasaran yang harus dicapai, upaya dari seorang atlet untuk meraihnya
juga akan semakin besar (Wann, 1997).
Sasaran juga harus dibuat bertingkat dengan
membedakan sasaran jangka pendek dan jangka panjang. Sasaran jangka pendek
digunakan sebagai batu loncatan untuk meraih sasaran yang lebih tinggi.
Misalnya, Olimpiade sebagai sasaran jangka panjangnya. Untuk mencapai hal
tersebut, maka seorang atlet harus menjuarai level Sea Games atau Asian Games
terlebih dahulu.
Mengikuti kompetisi yang rutin dan berjenjang
adalah salah satu bentuk menentukan sasaran yang efektif. Dengan banyak
mengikuti kompetisi, seorang pelatih akan lebih mudah menentukan prioritas dari
kompetisi tersebut. Ada kalanya kompetisi dijadikan sebagai ajang pemanasan
untuk mematangkan kondisi fisik, sehingga targetnya tidak perlu terlalu tinggi.
Berikutnya, atlet harus selalu diberi feedback atas setiap pencapaian yang
dia selesaikan. Dengan feedback
yang spesifik ini, atlet akan mengetahui kekurangan dan kekuatan dirinya,
sehingga atlet akan mempunyai informasi untuk meningkatkan dirinya. Dengan
menetapkan sasaran yang tepat, maka motivasi atlet akan selalu terpacu untuk
tampil dan menyelesaikan setiap tantangan yang dihadapi.
2. Persuasi Verbal
Persuasi Verbal adalah metode yang paling mudah
untuk dilakukan. Pelatih, ofisial, atau keluarga adalah orang-orang yang sering
memberikan persuasi secara verbal ini. Persuasi verbal adalah membakar semangat
atlet dengan ucapan-ucapan yang memotivasi.
Selain itu, Persuasi verbal bisa juga dilakukan
oleh atlet sendiri atau sering disebut dengan istilah Self talk. Self talk
adalah metode persuasi verbal untuk atlet sendiri. Prinsip dasar dari self talk ini sebenarnya adalah
membantu atlet untuk mendapatkan gambaran yang positif baik tentang
kemampuannya atau mengenai suasana pertandingan. Self talk ini diyakini mampu menumbuhkan keyakinan diri atlet
baik sebelum bertanding atau pada saat menjalani pertandingan. Dengan
mengucapkan kalimat-kalimat yang membakar semangat maka gambaran pesimisme
atlet akan hilang dari persepsinya.
3. Imagery Training
Metode berikutnya yang cukup membantu memacu
motivasi para atlet adalah dengan melakukan imagery training atau latihan pembayangan. Dalam latihan
pembayangan ini atlet diajak untuk memvisualisasikan situasi pertandingan yang
akan dijalani. Secara detil, atlet harus menggambarkan keseluruhan
pertandingan, mulai dari situasi lapangan, penontong, lawan dan segala macam
yang terlibat dalam pertandingan itu. Setelah mendapat gambaran yang riil, maka
atlet diajak untuk mencari solusi atas persoalan yang mungkin muncul dalam
pertandingan.
Sebagian pemain mengembangkan persepsi bahwa di
lapangan akan menghadapi lawan yang berat, tangguh dan sulit dikalahkan.
Persepsi semacam ini terkadang muncul akibat ketegangan sebelum pertandingan.
Atlet tidak secara objektif menilai kemampuan diri sendiri. Konsentrasi atlet
terfokus pada kekuatan lawan dan situasi pertandingan yang berat. Situasi
inilah yang melemahkan motivasi atlet sebelum bertanding. Metode Imagery training mengajak para pemain
untuk mencari atas kemungkinan persoalan yang muncul di lapangan. Membayangkan
kekuatan diri, pukulan andalan atau kelemahan musuh, menciptakan kondisi
objektif pada persepsi seorang atlet.
4. Meningkatkan Kemampuan Atlet
Kemampuan atlet meliputi skill teknis dan fisik. Skill
dan fisik yang bagus, akan mempengaruhi keinginan untuk mencapai prestasi yang
maksimal. Skill yang prima
dapat dilihat dan dievaluasi melalui pertandingan yang diikuti oleh atlet.
Untuk itu diperlukan metode kepelatihan yang modern dan efektif untuk
meningkatkan keterampilan seorang atlet. Pelatih juga harus paham dengan
pencapaian teknik dan fisik yang dimiliki oleh pemainnya.
5. Reward
Reward ini adalah metode yang paling banyak
digunakan untuk memacu motivasi atlet. Bonus, hadiah atau jabatan tertentu
digunakan untuk memotivasi atlet. Reward ini ditujukan untuk menggugah motivasi
ekstrinsik dari atlet. Dengan iming-iming bonus yang besar, diharapkan atlet
akan terpacu tampil terbaik dan mengalahkan lawannya.
Salah satu kelemahan dari metode ini adalah
kemungkinan menciptakan ketergantungan dari para atlet. Banyak atlet hanya
termotivasi hanya untuk mendapatkan bonus tersebut daripada alasan lain,
Sehingga tidak jarang atlet melakukan upaya-upaya kotor untuk menjadi pemenang.
Penggunaan doping adalah salah satu cara yang paling sering ditempuh oleh
seorang atlet demi tampil maksimal dan mendapatkan hadiah atas kemenangannya.
Untuk itulah, reward ini harus
diberikan sebagai pelengkap dari metode lain dan harus diberikan secara
bijaksana.
Penutup
Keberhasilan atlet
memang dipengaruhi oleh banyak sekali faktor, baik fisik, teknik maupun mental.
Tapi terkadang keberhasilan itu ditentukan dan dimulai dari motivasi yang
membara. Mengutip ucapan Michael Phelps lagi, “You can’t put limit on
anything!” (Times Online, 2008). Jelas bahwa Michael Phelps memulai perjalanan
menjadi pencetak sejarah dengan menetapkan hati untuk bekerja tanpa batas.
Itulah motivasi terbesar yang seharusnya dimiliki oleh seorang atlet, bekerja
tanpa batas untuk mencapai prestasi tertinggi.
referensi:
https://psikologiolahraga.wordpress.com/.../menggugah-motivasi-atlet/
https://ml.scribd.com/doc/249017758/Moti-Vasi
Silahkan di Like Fans Page dan Grub di Bawah Ini agar selalu mendapat artikel setiap kami memposting di blog ini:
Olahraga, Pendidikan, Bisnis (grup)
Toko Buku On Line (Grub)
Toko Buku Online
Olahraga | Pendidikan | Bisnis
https://psikologiolahraga.wordpress.com/.../menggugah-motivasi-atlet/
https://ml.scribd.com/doc/249017758/Moti-Vasi
Silahkan di Like Fans Page dan Grub di Bawah Ini agar selalu mendapat artikel setiap kami memposting di blog ini:
Olahraga, Pendidikan, Bisnis (grup)
Toko Buku On Line (Grub)
Toko Buku Online
Olahraga | Pendidikan | Bisnis
Artikel
terkait :
No comments:
Post a Comment