Channel

Channel

Pages - Menu

Thursday, August 15, 2013

MEMAHAMI PSIKOLOGI OLAH RAGA BAGI ATLET


Menjual buku psikologi olahraga

Apakah Psikologi Olahraga itu? Singer, R.N. (1980) mengemukakan secara singkat bahwa Psikologi Olahraga adalah “the science of psychology applied to athletes and athletic situations” Cox, R.H. (1986) mengemukakan bahwa Sport Psychology is a science in which the principles of psychology are applied in a sport setting”. Jadi, Psikologi Olahraga pada hakikatnya adalah psikologi yang diterapkan dalam bidang olahraga, meliputi faktor-faktor yang berpengaruh secara langsung terhadap atlet dan faktor-faktor di luar atlet yang dapat
mempengaruhi penampilan (performance) atlet terse- but. Weinberg, R.S. & Gould, D. (1995) mengemukakan bahwa “Sport and exercise psychology is the scientific study of people and their behavior in sport and exercise context”. Dua bidang kegiatannya yang besar adalah:

Pertama, Mempelajari bagaimana faktor psikologis mempengaruhi penampilan fisik seseorang. Kedua, Memahami bagaimana keterlibatan seseorang dalam olahraga mempengaruhi perkembangan psikis, kesehatan, dan kesejahteraan psikisnya.

Apabila dihubungkan dengan olahraga, khususnya olahraga prestasi, pengertian ini jelas menunjukkan bahwa penampilan (performance) seorang atlet dipengaruhi oleh berbagai faktor psikologis. Baik pengaruhnya positif dalam arti penampilan menjadi baik, maupun negatif dalam arti penampilan menjadi buruk. Ini adalah faktor psikologis, yang sering kali disebut faktor psikis atau faktor mental. Pengaruh faktor psikis tersebut dapat bersifat langsung, misalnya karena ada ketegangan emosi yang berlebihan sehingga mempengaruhi seluruh penampilan atlet. Ada pula faktor psikis yang tidak secara langsung berkaitan dengan
penampilan atlet, atau yang disebut dengan faktor non-teknis. Contohnya, sebelum masuk ke arena pertandingan, seorang atlet mendapat telepon dari pacarnya, kemudian terjadi pertengkaran yang menegangkan aspek emosinya.

Saat bertanding, kondisi emosinya yang bergejolak tersebut akan berpengaruh negatif terhadap penampilannya. Contoh lainnya adalah penggunaan peralatan yang diperlukan untuk bertanding, seperti sepatu, kacamata atau contact lens, yang tidak nyaman. Hal tersebut tentu akan mempengaruhi penampilannya.

Lingkungan tempat atlet bertanding seperti kondisi lapangan ataupun penonton juga dapat mempengaruhi kondisi psikis atlet, baik secara positif maupun secara negatif.

Selain itu, psikologi olahraga juga berkaitan dengan perasaan nyaman dan bugar (wellness), serta keharmonisan kepribadian seseorang. Artinya, berolahraga secara teratur memiliki pengaruh tertentu terhadap kondisi psikis seseorang, yang tentunya juga berpengaruh terhadap kualitas kepribadiannya. Karena berolahraga, maka kondisi psikisnya akan terpengaruh secara positif dan selanjutnya membentuk aspek-aspek atau ciri-ciri kepribadian atau gambaran kepribadian (personality make up) yang positif pula.

Banyak penelitian dalam bidang personologi olahraga terhadap ciri kepribadian atlet dan non-atlet, antara lain dilakukan oleh Schurr, K.T. et al (1977) yang melaporkan bahwa baik atlet maupun mantan atlet, beregu maupun perseorangan menunjukkan ciri kepribadian yang lebih independent, objective, dan less anxious, dibanding yang non-atlet. Menurut Harris, D.V. (dalam Bunker, L.K., 1985) bahwa perbedaan ciri kepribadian pada atlet dan non-atlet adalah, pada atlet lebih confident, tough minded, emosinya lebih stabil, dan achievement
oriented.

Pada hakikatnya, psikologi adalah ilmu yang mempelajari tentang perilaku seseorang. Jika dikaitkan dengan olahraga, maka akan mencakup perilaku yang diperlihatkan oleh seseorang ketika sedang berolahraga, atau disebut penampilan (performance)-nya dalam berolahraga. Dengan demikian jelaslah bahwa olahraga atau tampilannya dalam berolahraga, dan lebih lanjut tentunya hasilnya atau prestasinya dalam berolahraga, sangat dipengaruhi oleh adanya
faktor psikis.

Apabila kita membicarakan masalah persaingan melalui pertandingan yang berkaitan dengan prestasi seorang atlet, maka penting untuk memperhatikan faktor psikis atlet tersebut, melalui pendekatan-pendekatan psikologi olahraga. Hal ini meliputi bagaimana cara mempersiapkan kondisi mental melalui latihanlatihan yang terencana dengan baik (mental training, mental preparation), yang berkaitan dengan psikologi pendidikan, psikologi perkembangan, ataupun
psikologi klinis.

Latihan mental menjadi ajang pertarungan atau persaingan tersendiri, karena pada kondisi-kondisi tertentu, mempersiapkan kondisi mental sebaik-baiknya sering kali menjadi faktor yang sangat penting. Bahkan, tidak menutup kemungkinan juga menjadi faktor penentu dalam suatu pertandingan kejuaraan.
Tentu saja, faktor mental tidak secara otomatis menjadi faktor penentu keberhasilan seorang atlet tanpa ada faktor-faktor lainnya. Hal ini disebabkan oleh karena kita menyadari bahwa penampilan seorang atlet dipengaruhi oleh sejumlah komponen, yaitu:

1. Fisik

Faktor fisik terdiri dan stamina, kekuatan, fleksibilitas, dan koordinasi. Jika membicarakan mengenai faktor fisik, maka tidak dapat disangkal perlunya proses untuk membentuk suatu kondisi fisik menjadi seperti apa yang ditargetkan. Hal ini dicapai melalui suatu prosedur latihan yang baik, teratur, sistematis, dan terencana, sehingga dapat membentuk kondisi siap untuk bertanding atau untuk berpenampilan sebaik-baiknya.

Namun demikian, perlu diingat bahwa ada kondisi fisik yang berkaitan dengan bakat atau kondisi khusus yang ada, yang merupakan faktor bawaan sejak lahir atau faktor keturunan (gen, gene factors). Artinya, ada faktorfaktor yang bisa dikembangkan, tetapi dalam mengembangkan faktor-faktor tertentu, tentu tidak dapat melewati kerangka batas dan fakfor keturunan yang diperoleh sejak lahir. Misalnya, stamina yang berkaitan dengan kapasitas vital paru-paru yang dimiliki menjadi sesuatu yang khas bagi diri seorang atlet, yang membedakannya dengan atlet lain. Demikian pula mengenai kekuatan. Misalnya, atlet tenis dari Belgia, Justine Henine- Hardenne yang berpenampilan ramping, berukuran tinggi 167 cm dan berat 67 kg, namun dapat memperlihatkan pukulan dengan kekuatan (power) yang
begitu kuat. Hal ini mungkin saja diperoleh dari hasil latihan yang baik, tetapi tidak tertutup kemungkinan, karena seseorang memang memiliki bakat yang luar biasa dalam hal kekuatan dan koordinasi fisiknya. Lain halnya apabila kita mengamati penampilan dua bersaudara Serena dan Venus Williams yang dari tampilan otot-ototnya sudah memberikan kesan memiliki kekuatan (power) yang luar biasa.

Pada kondisi fisik ini juga, sering kali tampak adanya faktor dominan yang dimiliki seorang atlet, yang merupakan gabungan antara bakat dan latihan. Contohnya, dua orang pemain basket NBA, Mark Alarie dan Grant Hill, yang memiliki keterampilan luar biasa dalam tembakan jarak jauh (3-pointers players). Keterampilannya memasukkan bola ke jaring tersebut merupakan hasil koordinasi antara penglihatan, penafsiran jarak, dan perkiraan untuk
melempar bola dengan kekuatan yang tepat. Ini merupakan rangkaian dari suatu keterampilan yang sangat kompleks yang jelas membutuhkan adanya faktor bakat serta latihan.

2. Teknik

Penampilan seorang atlet juga dipengaruhi oleh faktor keterampilan khusus yang dimiliki, yang harus dikembangkan menjadi suatu tampilan sesuai dengan yang diharapkan. Contohnya, atlet yang mengangkat barbel seberat 100 kg, selain dipengaruhi oleh kekuatan fisik, tentu juga dipengaruhi oleh teknik-teknik tertentu yang telah dipelajari. Contoh lainnya adalah ketika seorang pelompat tinggi melakukan gerakan melompat yang merupakan rangkaian dari sejumlah teknik yang rumit. Mulai dari mengambil ancang-ancang, lalu memperhatikan langkah-langkah mana yang perlu penekanan khusus, menyesuaikan kondisi tubuh saat menjejakkan kaki sebagai tumpuan agar dapat melewati mistar, sampai pada teknik menggerakkan tubuh untuk melewati mistar. Seluruh teknik ini banyak dipengaruhi oleh berbagai keterampilan dasar, baik bakat yang diperoleh ketika dilahirkan maupun hasil belajar.


3. Psikis

Justine Henine-Hardenne tidak mungkin mencapai prestasi yang luar biasa apabila tidak memiliki dorongan yang kuat dari dalam dirinya untuk berprestasi sebaik-baiknya. Sering kali, kemauan yang kuat saja masih belum dapat menjamin seorang atlet meraih prestasi yang baik. Hal ini harus disertai dengan berfungsinya akal sebagai taktik dan strategi bermain untuk melakukan suatu pukulan menuju sasaran yang merupakan titik lemah lawan.

Ini merupakan faktor kecerdasan atau kecerdikan yang harus ditampilkan dalam sesuatu pertandingan yang acapkali menjadi faktor penentu untuk meraih kemenangan. Apa yang dipikirkan dan direncanakan oleh seorang atlet tidak selalu dapat ditampilkan olehnya. Hal ini umumnya disebabkan oleh ketegangan yang berlebihan, misalnya ketakutan akan kalah, yang tentunya dapat berpengaruh negatif pada penampilannya sehingga akal yang sebenarnya
sudah is miliki tidak dapat diperlihatkan. Seorang pelatih tenis dari Amerika mempunyai sebuah motto yang baik, yang selalu diingatkan olehnya kepada anak-anak asuhnya. Motto tersebut adalah, “Apabila kamu tidak dapat mengalahkan lawanmu dengan gyaku, maka kalahkanlah lawanmu dengan otakmu”.

 Sumber: pelatnastaekwondo.files.wordpress.com/

Silahkan di Like  Fans Page dan Grub di Bawah Ini agar selalu mendapat artikel setiap kami memposting di blog ini:
Olahraga, Pendidikan, Bisnis  (grup)
Toko Buku On Line (Grub)
Toko Buku Online
Olahraga | Pendidikan | Bisnis


Artikel terkait :

*      Kaset karate

No comments:

Post a Comment